1.
Pengertian
Manajemen Dakwah
Manajemen dakwah
adalah terminologi yang terdiri dari dua kata, yakni manajemen dan dakwah.
Kedua kata ini berangkat dari dua disiplin ilmu yang sangat berbeda sama
sekali. Istilah yang pertama, berangkat dari disiplin ilmu yang sekuler, yakni
Ilmu Ekonomi.Ilmu ini diletakan di atas paradigma materialistis.Prinsipnya
adalah dengan modal yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya.Sementara itu istilah yang kedua berasal dari lingkungan
agama, yakni Ilmu Dakwah.Ilmu ini diletakan di atas prinsip, ajakan menuju
keselamatan dunia dan akhirat, tanpa paksaan dan intimidasi serta tanpa bujukan
dan iming-iming material.Ia datang dengan tema menjadi rahmat semesta alam.
Secara
sederhana, manajemen adalah upaya mengatur dan mengarahkan berbagai sumber
daya, mencakup manusai (man), uang (money), barang (material), mesin (machine),
metode (methode), dan pasar (market)1. Namun, secara khusus definisi manajemen, seperti
yang dikedepankan oleh G.R. Terry dalam bukunya Principles of Management,
adalah “Management is a distinct process of planing, organizing, actuating, and
controlling, perform to determine and accomplish stated objektives by the use
of human beings and other resources.”2
Definisi di atas
memberikan gambaran bahwa manajemen itu mengandung arti proses kegiatan. Proses
tersebut dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan
dengan menggunakan sumber daya lainnya. Seluruh proses tersebut ditujukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Maluyu S.P.
Hasibuan menjelaskan bahwa manajemen berasal dari kata to manage yang artinya
mengatur. Jadi, Manajemen itu adalah suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang
diinginkan.3Sedangkan menurut
Brantas menurut Brantas adalah suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan
bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang ke arah tujuan-tujuan organisasi
atau maksu-maksud nyata.4
Manajemen adalah
ilmu dan seni yang mengatur proses pemamfaatan sumber daya manusia secara
efektif, dengan didukung oleh sumber-sumber lainnya dalam suatu organisasi
untuk mencapai tujuan.5
Pengertian
manajemen menurut para ahli:
1.
Menurut James
A.F. Stoner: Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan,
dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan sumua sumber
daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya.
2.
Dr. Buchari
Zainun: “Manajemen adalah penggunaan efektif daripada sumber-sumber tenaga
manusia serta bahan-bahan material lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditentukan itu.”
3.
Prof. Oey Liang
Lee: “Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengkoordinasian, dan mengontrolan dari human and natural resources.”6
4.
Menurut James A.F. Stoner: Manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian dan penggunakan sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai
tujuan organisasi tang telah ditetapkan.
Sama dengan
istilah manajemen, istilah dakwah pun diberi definisi macam-macam oleh para
ahli.Dakwah secara bahasa (etimologi) merupakan sebuah kata dari bahasa Arab
dalam bentuk masdar. Kata dakwah berasal dari kata: دعا־يدعو־دعوة (da’a,
yad’u, da’watan) yang berarti seruan, panggilan, undangan atau do’a7. Menurut Abdul Aziz,
secara etomologis dakwah berarti: memanggil, menyeru, menegaskan atau membela
sesuatu, perbuatan atau perkataan untuk menarik manusia kepada sesuatu, memohon
dan meminta, atau do’a.1 Artinya proses penyampaian pesan-pesan tertentu berupa
ajakan, seruan, undangan, untuk mengikuti pesan tersebut atau menyeru dengan
tujuan untuk mendorong seorang supaya melakukancita-cita tertentu.8 Oleh karena itu,
dalam kegiatanya ada proses mengajak, disebut da’i dan orang yang diajak
disebut mad’u.
Sedangkan pengertian dakwah secara istilah (terminologi) diantaranya dapat
mengambil isyarat dari al-Nahl (16): 125, al-Baqarah (2): 208, al-Maidah (5):
67, al-Ahzab (33): 21, dan al-Imran (3): 104 dan 110. yaitu: “Serulah (manusia)
kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. al-Nahl: 125).
Berdasarkan ayat-ayat di atas, dipahami bahwa dakwah adalah mengajak
manusia kepada jalan Allah (sistem Islam) secara menyeluruh. Baik dengan lisan,
tulisan, maupun dengan perbuatan secara ikhtiar (upaya) muslim mewujudkan
ajaran-ajaran Islam dalam realitas kehidupan pribadi (syahsiyah), keluarga
(usrah) dan masyarakat (jama’ah) dalam semua segi kehidupan secara menyeluruh
sehingga terwujud khairul ummah (masyarakat madani).
Selain pengertian di atas, ada pula beberapa pengertian dakwah yang
disampaikan oleh para pakar ilmu dakwah, yang tentunya memiliki ragam
penjelasan dalam bentuk rumusan redaksional yang berbeda-beda. Perbedaan yang
terdapat pada setiap penjelasan para pakar dan cendikiawan itu kelihatanya
lebih pada aspek orientasi dan penekanan bentuk kegiatanya bukan pada aspek essensinya.
Di antara aneka ragam penjelasan mengenai rumusan dakwah yang disampaikan oleh
para pakar adalah:
Pertama, definisi dakwah yang menekankan pada proses pemberian motivasi
untuk melakukan pesan dakwah (ajaran Islam), tokoh penggagasnya adalah syekh Ali
Mahfudz. Menurutnya dalam Hidayat adari perl-Mursyidin bahwa dakwah adalah
sebagai upaya membangkitkan kesadaran manusia di atas kebaikan dan bimbingan,
menyruh berbuat ma’ruf dan mencegah kepada perbuatan munkar supaya mereka
mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.9
Definisi dari Ali Mahfudz menawarkan penjelasan bahwa dakwah sebagai proses
mendorong manusia agar melakukan kebaikan dan menuruti petunjuk, menyuruh
mereka berbuat kebaikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar agar mereka
mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat.10 Akan tetapi, definisi
ini nampaknya belum dapat menjawab persoalan apa itu dakwah, sebagai pernyataan
ontologis (hakikat) dakwah, sebab definisi tersebut belum memperlihatkan
kejelasan tentang apa yang di cari, yaitu menemukan hakikat dari pertanyaan
mengenai ke-apa-an dakwah. Sebab dari pernyataan nya baru mengungkapkan tentang
dakwah sebagai sebuah proses komunikasi atau tabligh ajaran Islam. Untuk
melengkapi nya mari kia lihat penjelasan dari Sayyed Qutb. Ia mengatakan bahwa
dakwah adalah mengajak atau mendorong orang untauk masuk ke dalam sabilillah,
bukan yntuk mengikuti da’i atau bukan pula untuk mengikuti sekelompok orang.11
Sayyed Qutb dengan pernyataannya, seakan-akan ingin meyakinkan bahwa dalam
dakwah islamiyah terdapat nilai-nilai yang universal. Definisi Sayyed Qutb
tentang dakwah ini memiliki kesamaan makna dengan definisi yang di ungkapkan
oleh Masdar F. Mashudi yang mengartikan dakwah islamiyah sebagai suatu proses
penyadaran untuk mendorong manusia agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan
fitrah nya.12
Kedua, definisi dakwah yang lebih menekankan pada proses penyebaran pesan
dakwah dengan mempertimbangkan penggunaan metode, media, dan pesan yang di
sesuaikan dengan situasi mad’u (khalayak atau sasaran dakwah). Dalam arti
seorang da’i menyampaikan pesan dakwah yang sesuai dengan kondisi mad’unya,
mempertimbangkan sesuai metode dan media yang di gunakan relevan dengan kondsi
mad’unya, dalam ha ini tingkat budayanya. Pakar dakwah yang menjadi
penggagasnya adalah Ahmad Ghalwusy, menurutnya bahwa dakwah adalah menyampaikan
pesan Islam kepada manusia di setiap waktu dan tempat dangan metode-metode dan
media-media yang sesuai dengan kondisi para penerima pesan dakwah (khalayak
dakwah).13
Ketiga, definisa dakwah yang lebih menekankan pada pengorganisasian dan
pemberdayaan sumber daya manusia dalam melakukan berbagai petunjuk ajaran
Islam, menegakan norma sosial budaya dan membebaskan kehidupan manusia dari
berbagai penyakit sosial. Definisi ini di antara lain di kemukakan oleh Sayyid
Mutawakil. Menurutnya bahwa dakwah adalah mengorganisasikan kehidupan manusia
dalam menjalankan kebaikan, menunjukannya ke jalan yang benar dalam menegakkan
norma sosial budaya dan menghindarkannya dari penyakit sosial.14
Keempat, definisi dakwah yang lebih menekankan pada sistem dalam
menjelaskan kebenaran, kebaikan, petunjuk ajaran, menganalisis tantangan
problema kebathilan dengan berbagai macam pendekatan, metode dan media agar
mad’u mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Definisi dakwah yang demikian antara lain di kemukakan oleh Al-Mursyid.
Menurutnya bahwa dakwah adalah sistem dalam menegakkan penjelasan kebenaran,
kebaikan, petunjuk ajaran, memerintahkan perbuatan ma’ruf, mengungkap
media-media kebathilan dan metode-metodenya dengan macam-macam pendekatan,
metode dan media dakwah.15
Kelima, kategori definisi dakwah yang lebih menekankan pada urgensi
pengamalan aspek pesan dakwah sebagai tatanan hidup manusia hamba Allah dan
khalifah-Nya di muka bumi. Definisi ini di kemukakan oleh Ibnu Taimiyah(1398
H).
Keenam, definisi dakwah yang lebih menekankan pada profesionalisme dakwah,
yakni dakwah di pandang sebagai kegiatan yang memerlukan keahlian, dan
memerlukan penguasaan pengetahuan. Dengan demikian, da’i-nya adalah ulama atau
sarjana yang memiliki kualifikasi dan persyaratan akademik serta keterampilan
dalam melaksanakan kewajiban dakwah. Definisi ini diajukan oleh Zakaria yang
menyatakan bahwa dakwah adalah aktifitas para ulama dan orang-orang yang
memiliki pengetahuan agama Islam dalam memberi pengajaran kepada orang banyak
hal-hal yang berkenaan dengan urusan-urusan agama dan keduniannya sesuai dengan
realitas dan kemampuannya.16
Berdasarkan
beberapa kategori definisi dakwah di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa
dakwah Islam pada dasarnya merupakan: (1) perilaku muslim dalam menjalankan
Islam sebagai agama dakwah, yang dalam prosesnya melibatkan unsur da’i, pesan
dakwah, metode dakwah, media dakwah, mad’u (sasaran dakwah) dalam tujuannya
melekat cita-cita ajaran Islam yang berlaku sepanjang zaman dan di setiap
tempat; dan (2) proses transmisi, transformasi, dan difusi serta internalisasi
ajaran Islam.
Untuk pengertian
manajemen dan dakwah itu sendiri yaitu sebuah pengaturan secara sistematis dan
koordinatif dalam kegiatan atau aktivitas dakwah yang dimulai dari sebelum
pelaksanaan sampai akhir dari kegiatan dakwah.17
Menurut saya sendiri, setelah membaca pengertian manajemen dan dakwah
maupun manajemen dakwah itu sendiri maka Manajemen dakwah itu ialah suatu
perangkat atau organisasi dalam mengolah dakwah agar tujuan dakwah tersebut
dapat lebih mudah tercapai sesuai dengan hasil yang diharapkan.
2.
Tujuan manajemen
Dakwah
a.
Tujuan Manajemen
Tujuan adalah sesuatu hasil (generalis) yang ingin dicapai melalui proses
manajemen. Pengertian tujuan dan sasaran hampir sama bedanya hanya gradual
saja, tujuan maknanya hasil yang umum sedangkan sasaran berarti hasil yang
khusus. Tujuan menurut G. R. Terry adalah hasil yang diinginkan yang melukiskan
skop yang jelas, serta memberikan arah kepada usaha-usaha seorang manajer.
Tujuan yang
ingin dicapai selalu ditetapkan dalam suatu rencana, karena itu hendaknya
tujuan ditetapkan ”jelas, realistis, dan cukup cukup menantang berdasarkan
analisis data, informasi, dan pemilihan dari alternatif-alternatif yang ada.18
b.
Tujuan Dakwah
Tujuan utama
dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai dan diperoleh oleh
keseluruhan tindakan dakwah yaitu Kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia
dan di akhirat yang diridhai oleh Allah Swt.19 Menurut Asmuni
Syukir dalam bukunya mengemukakan tujuan dakwah bahwa pada khususnya tujuan
dakwah itu ialah:
1.
Mengajak umat manusia yang sudah memeluk islam untuk selalu meningkatkan
taqwanya kepada Allah swt.
2.
Membina mental agama islam bagi kaum yang masih mualaf.
3.
Mengajak umat manusia yang belum beriman agar beriman kepada Allah (memeluk
agama islam).
Sementara itu M.
Natsir, dalam serial dakwah Media Dakwah mengemukakan, bahwa tujuan dari dakwah
itu adalah:
1.
Memanggil kita
pada syarita, untuk memecahkan persoalan hidup, baik persoalan hidup
perseorangan atau persolanan rumah tangga, berjamaah masyarakat,
berbangsa-bersuku bangsa, bernegara dan berantar-nergara.
2.
Memanggil kita
pada fungsi hidup sebagai hamba Allah di atas dunia yang terbentang luas yang
berisikan manusia secara heterogen, bermacam karakter, pendirian dan
kepercayaan, yakni fungsi sebagai syuhada’ala an-naas, menjadi pelopor dan
pengawas manusia.
3.
Memanggil kita
kepada tujuan hidup yang hakiki, yakni menyembah Allah.
Tujuan dakwah
secara umum adalah mengubah perilaku sasaran agar mau menerima ajaran Islam dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik yang bersangkutan dengan
masalah pribadi, keluarga maupun sosial kemasyarakatnya, agar mendapatkan
keberkahan dari Allah Swt. Sedangkan tujuan dakwah secara khusus dakwah
merupakan perumusan tujuan umum sebagai perincian daripada tujuan dakwah.21
Akhirnya kita
dapat mengambil kesimpulan bahwa secara umum tujuan dan kegunaan manajemen
dakwah adalah untuk menuntun dan memberikan arah agar pelaksanaan dakwah dapat
diwujudkan secara professional dan proporsional.Dan pada hakikatnya tujuan
manajemen dakwah disamping memberikan arah juga dimaksudkan agar pelaksanaan
dakwah tidak lagi berjalan secara konvensional seperti tabligh dalam bentuk
pengajian dengan tatap muka tanpa pendalaman materi, tidak ada kurikulum, jauh
dari interaksi yang dialogis dan sulit untuk dievaluasi keberhasilannya.22
3.
Fungsi-fungsi
Manajemen
Menurut para
ahli fungsi manajemen, yaitu:
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan
melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam
melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Pada umumnya ada empat (4) fungsi
manajemen yang banyak dikenal masyarakat yaitu fungsi perencanaan (planning),
fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pengarahan (directing) dan fungsi
pengendalian (controlling). Untuk fungsi pengorganisasian terdapat pula fungsi
staffing (pembentukan staf). Para manajer dalam organisasi perusahaan bisnis
diharapkan mampu menguasai semua fungsi manajemen yang ada untuk mendapatkan
hasil manajemen yang maksimal.
adapun fungsi-fungsi manajemen adalah;
1.
Fungsi Perencanaan / Planning
Fungsi perencanaan adalah suatu kegiatan membuat tujuan perusahaan dan
diikuti dengan membuat berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan tersebut.
2.
Fungsi Pengorganisasian / Organizing
Fungsi perngorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya
manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan
rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan perusahaan.
3.
Fungsi Pengarahan / Directing / Leading
Fungsi pengarahan adalah suatu fungsi kepemimpinan manajer untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja secara maksimal serta menciptakan
lingkungan kerja yang sehat, dinamis, dan lain sebagainya.
3.
Fungsi Pengendalian / Controling
Fungsi pengendalian adalah suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan
standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika
diperlukan.
4.
Fungsi-fungsi
Manajemen Dakwah
Menurut Akrim
Rido fungsi Manajemen dakwah yaitu:
1.
Takhthith
(Perencanaan Dakwah)
Dalam aktivitas
dakwah, perencanaan dakwah bertugas menentukan langkah dan program dalam
menentukan setiap sasaran, menentukan sarana-prasarana atau media dakwah, serta
personel da'i yang akan diterjunkan. Menentukan materi yang cocok untuk
sempurnanya pelaksanaan, membuat asumsi berbagai kemungkinan yang dapat terjadi
yang kadang-kadang dapat memengaruhi cara pelaksanaan program dan cara
menghadapinya serta menentukan alternatif-alternatif, yang semua itu merupakan
tgas utama dari sebuah perencanaan.23
Sementara itu
Rosyad Saleh, dalam bukunya Manajemen Dakwah Islam menyatakan, bahwa
perencanaan dakwah adalah proses pemikiran dan pengambilan keputusan yang matang
dan sistematis, mengenai tindakan-tindakan yang akan dilakukan pada masa yang
akan datang dalam rangka menyelenggarakan dakwah.
2.
Tanzhim
(Pengorganisasian Dakwah)
Pengorganisasian
adalah seluruh proses pengelompokkan orang-ornag, alat-alat, tugas-tugas,
tanggung jawab, dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi
yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai suatu tujuan
yang telah ditentukan.
Sementara itu,
Rosyid Saleh mengemukakan bahwa rumusan pengorganisasian dakwah itu adalah
“rangkaian aktivita menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi setiap
kegiatan usaha dakwah dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan yang
harus dilaksanakan serta menetapkan dan menyusun jalinan hubungan kerja
diantara satuan-satuan organisasi atau petugasnya.
3.
Tawjih
(Penggerakan Dakwah)
Pengarahan
adalah seluruh proses pemberian motivasi kerja kepada para bawahan sedemikian
rupa, sehingga mereka mampu bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan
organisasi dengan efisien dan ekonomis.
Motivasi
diartikan sebagai kemampuan seorang manajer atau pemimpin dakwah dalam
memberikan sebuah kegairahan, kegiatan dan pengertian, sehingga para anggotanya
mampu untuk mendukung dan bekerja secara ikhlas untuk mencapai tujuan
organisasi sesuai tugas yang dibebankan kepadanya.
4.
Riqaabah
(Pengendalian Dakwah)
Pengendalian
manajemen dakwah dapat dikatakan sebagai sebuah pengetahuan teoritis praktis.
Karena itu, para da;i akan lebih cepat untuk mencernanya jika dikaitkan dengan
prilaku dari da'i itu sendiri sesuai dengan organisasi. Dengan demikian,
pengendalian manajemen dakwah dapat dikategorikan sebagai bagian dari prilaku
terapan, yang berorientasi kepada sebuah tuntutan bagi para da'i tentang cara
menjalankan dan mengendalikan organisasi dakwah yang dianggap baik. Tetapi yang
paling utama adalah komitmen manajemen dengan satu tim dalam menjalankan sebuah
organisasi dakwah secara efisien dan efektif, sehingga dapat menghayati
penerapan sebuah pengendalian.
Sementara itu
Robert J. Mockler mendefinisikan, bahwa elemen esensial dari proses
pengendalian menajemen sebuah standar prestasi kerja dengan tujuan perencanaan,
untuk mendesain sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan prestasi yang
sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu, untuk
menetapkan apakah ada deviasi serta untuk mengatur signifikasinya, serta
mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa sumber daya
perusahaan telah dilaksanakan secara seefektif dan seefisien mungkin guna
mencapai tujuan perusahaan.24
5.
Unsur-unsur
Manajemen Dakwah
Dakwah dalam
prosesnya akan melibatkan unsur-unsur (rukun) dakwah yang terbentuk secara
sistematik, artinya antara unsur yang satu dengan yang lainnya saling
berkaitan. Unsur-unsur tersebut ialah da'i (pelaku dakwah), mad'u (mitra/objek
dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah), thariqah (metode), dan
atsar (efek dakwah).
A.
Da’I (Subjek
Dakwah)
Da’I adalah
orang yang mengajak kepada orang lain baik secara langsung, melalui lisan,
tulisan atau perbuatan untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam atau menyebar
luaskan ajaran Islam, melakukan upaya perubahan kearah kondisi yang lebih baik
menurut ajaran Islam.
B.
Mad'u (objek
dakwah)
Mad’u adalah seluruh manusia sebagai makhluk Allah yang dibebani
menjalankan agama Islam dan diberi kebebasan untuk berikhtiar, kehendak dan
bertanggungjawab atas perbuatan sesuai dengan pilihannya, mulai dari individu,
keluarga, kelompok, golongan, kaum, massa, dan umat manusia seluruhnya.25
C.
Maddah (Pesan
Dakwah)
Maddah adalah
pesan-pesan, materi atau segala sesuatu yang harus disampaikan oleh da’I kepada
mad’u, yaitu keseluruhan ajaran Islam, yang ada didalam Kitabullah maupun Sunah
Rasul-Nya.26
D.
Wasilah (media dakwah)
Wasilah dakwah
adalah alat objektif yang menjadi saluran yang dapat menghubungkan ide dengan
umat, suatu elemen yang vital dan merupakan urat nadi dalam totalitas dakwah
yang keberadaannya sangat urgent dalam menentukan perjalanan dakwah.
D.
Thariqah (Metode
Dakwah)
Uslub adalah
suatu cara dalam melaksanakan dakwah, menghilangkan rintangan atau
kendala-kendala dakwah, agar mencapai tujuan dakwah secara efektif dan efisien.
F.
Atsar (efek
dakwah)
Atsar sering
disebut dengan feed back (umpan balik) dari proses) dakwah ini sering dilupakan
atau tidak banyak menjadi perhatian para da'i. Kebanyakan mereka menganggap
bahwa setelah dakwah disampaikan, maka selesailah dakwah.Padahal, atsar sangat
besar artinya dalam penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya.27
6.
Landasan
Manajemen Dakwah
Landasan
manajemen dakwah secara normatif ialah al-Quran dan Sunnah.Dalam al-Quran,
terdapat banyak ayat yang memerintahkan berdakwah bagi umat Islam, sebagai
upaya menyeru umat manusia agar melaksanakan kebaikan dan meninggalkan
perbuatan buruk. Sebagaimana telah diwahyukan oleh Allah dalam surat Ali-Imran
: 110 yang berbunyi :
كُنْتُمْ خَيْرَ
اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَاْ مُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ
اْلُمنْكَرِ وَتُؤْ مِنُوْنَ بِاللهِ وَلَوْ ءَامَنَ اَهْلُ الْكِتبِ لَكَانَ
خَيْرًا لَّهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفسِقُوْنَ.
Kamu adalah umat
yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf
(kebenaran), dan mencegah dari yang mungkar (kejahatan), dan beriman kepda
Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik (Q.S. Ali-Imran :110)
عَنْ اَبِى سَعِيْدِ
اْلخُدْرِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : مَنْ رَاَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا
فَلْيُغِيّرْهُ بِيَدِهِ, فَاِنْ لَّمْ يَسْتَطِعْ
فَبِلِسَانِهِ فَاِنْ لَّمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَالِكَ اَضْعَافُ
الْاِيْمَانِ. (رواه مسلم)م
Dari abi said
r.a berkata: saya mendengar Rosulullah saw. Berkata: Siapa saja yang melihat
kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan
lisannya, dan jika tidak mampu juga maka rubahlah dengan hatinya, dan yang
demikian (merubah kemungkaran dengan hati) merupakan selemah-lemahnya iman.
(H.R. Muslim)
Sedangkan
landasan manajemen dakwah secara filosofis, diantaranya adalah:
a.
Menuntun
keyakinan umat manusia sesuai dengan fitranya yaitu tauhidullah (memilki
keyakinan kepada Allah Swt)
b.
Membangun
keimanan umat manusia yang senantiasa pluktuatif (bertambah dan berkurang) agar
senantiasa stabil (kokoh) dalam beriman dan beramal shaleh di bawah landasan
karena Allah.
c.
Dakwah merupakan
penuntun akal manusia dalam mencari dan menjalankan kebenaran, jika akal dapat
dan wajib beriman kepada Allah sebelum datangnya azab Allah terhadap
orang-orang yang menyimpangkan akalnya bagi mendurhakai Tuhan.28
d.
Dakwah Islam
menjadi dasar dan alasan bagi akal untuk melaksanakan kewajiban beriman kepada
Allah, sebab, sebelum datangnya dakwah yang dibawa oleh Rasul Allah menusia
tidak akan mendapat azab (siksa) dari Allah.29
e.
Merealisasikan
Islam sebagai rahmatan lil al-alamin (menebar kasih sayang Tuhan dan
keselamatan bagi seluruh alam).30
7.
Prinsip
Manajemen Dakwah
Islam dalam
memandang manajemen berdasarkan teologi, yakni pada dasarnya manusia itu
memiliki potensi positif yang dilukiskan dengan istilah hanif.31 Keterkaitan antara manajemen dan watak hanif
ialahwatak hanif akan menyebabkan manusia cenderung untuk memilih yang baik dan
benar dalam seluruh kehidupannya. Hal ini dapat ditemukan penjelasannya dalam
sebuah Hadits Qudsi yang mengatakan bahwa :
وَاِنِّي خَلَّقْتُ
عِبَادِي حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ وَاِنَّهُمْ اَتَتْهُمْ الشَّيَاطِيْنُ
فَاجْتَالَّتْهُمْ عَنْ دِيْنِهِمْ (رواه مسلم)
Sesungguhnya
telah kuciptakan hamba-hambaku itu berwataq hanif.Kemudian setan datang kepada
mereka, maka disesatkannya mereka dari agama mereka. (HR. Muslim)
Sedangkan ilmu
manajemen ini dapat dibagi ke dalam tiga prinsip pokok, yaitu:
1.
Tauhid, yaitu
ilmu mengenai hubungan antara manusia dengan al-Khaliq.
2.
Syariah, yaitu
sesuai dengan aturan akidah dan syariat Islam, yaitu al-Quran dan al-Sunnah.
3.
Akhlak, yaitu
ajaran Islam yang berisi pengajaran budi pekerti, yaitu bagaimana agar manusia
berbudi pekerti yang luhur.32
8.
Asas Manajemen
Asas (prinsip)
merupakan suatu perencanaan fundamental atau kebenaran umum yang dapat
dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan.Asas-asas muncul dari hasil penelitian
dan pengalaman.Asas ini sifatnya permanen, umum dan setiap ilmu pengetahuan
memiliki asas yang mencerminkan “intisari” kebenaran-kebenaran dasar dalam ilmu
tersebut.adalah dasar tetapi bukanlah sesuatu yang absolut atau mutlak.
Artinya, penerapan asas harus mempertimbangkan keadaan-keadaan khusus dan
keadaan yang berubah-ubah.
Asas-asas umum
manajemen (general principles of management), menurut Henry Fayol :
a.
Divinision of
work (asas pembagian kerja)
Asas ini sangat
penting, karena adanya limit factors, artinya adanya keterbatasan-keterbatasan
manusia dalam mengerjakan semua pekerjaan, yaitu:
A.
keterbatasan
waktu,
B.
keterbatasan
pengetahuan,
C.
keterbatasan
pengetahuan,
D.
keterbatasan
perhatian.
Keterbatasan-keterbatasan
ini mengharuskan diadakannya pembagian pekerjaan.Tujuannya untuk memperoleh
efisiensi organisasi dan pembagian kerja yang berdasarkan spesialisasi sangat
diperlukan, baik pada bidang teknis maupun pada bidang kepemimpinan.
Asas pembagian
kerja ini mutlak harus diadakan pada setiap organisasi karena tanpa pembagian
kerja berarti tidak ada organisasi dan kerja sama diantara anggotanya.
b.
Authority and
Responsibility (asas wewenang dan tanggung jawab)
Menurut asas ini
perlu adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab antara atasan dan bawahan;
wewenang harus seimbang dengan tanggung jawab.
c.
Discipline (asas
disiplin)
Menurut asas
ini, hendaknya semua perjanjian, peraturan yang telah ditetapkan, dan perintah
atasan harus dihormati, dipatuhi, serta dilaksanakan sepenuhnya.
d.
Unity of Command
(asas kesatuan perintah)
Menurut asas
ini, hendaknya setiap bawahan hanya menerima perintah dari seorang atasan dan
bertanggungjawab hanya kepada seorang atasan pula.Tetapi setiap atasan dapat
memberi perintah kepada beberapa orang bawahan.
e.
Unity of
Direction (asas kesatuan jurusan atau arah)
Setiap orang
(kelompok) bawahan hanya mempunyai satu rencana, satu tujuan, satu perintah,
dan satu atasan, supaya terwujud kesatuan arah, kesatuan gerak, dan kesatuan
tindakan menuju sasaran yang sama.
f.
Subordination of
Individual Interest into General Interest (asas kepentingan umum di atas
kepentingan pribadi)
Setiap orang
dalam organisasi harus mengutamakan kepentingan bersama (organisasi), di atas
kepentingan pribadi.
g.
Remuneration of
Personnel (asas pembagian gaji yang wajar)
Menurut asas
ini, hendaknya gaji dan jaminan-jaminan sosial harus adil, wajar, dan seimbang
dengan kebutuhan, sehingga memberikan kepuasan yang maksimal baik karyawan
maupun majikan.
h.
Centralization
(asas pemusatan wewenang)
Setiap
organisasi harus mempunyai pusat wewenang, artinya wewenang itu dipusatkan atau
dibagi-bagikan tanpa mengabaikan situasi-situasi khas, yang akan memberikan
hasil keseluruhan yang memuaskan. Centralization ini sifatnya dalam arti
relatif, bukan absolut (mutlak).
i.
Scalar of Chain
(asas hierarki atau asas rantai berkala)
Saluran perintah
atau wewenang yang mengalir dari atas ke bawah harus merupakan mata rantai
vertikal yang jelas, tidak terputus, dan dengan jarak terpendek. Maksudnya
perintah harus berjenjang dari jabatan tertinggi ke jabatan terendah dengan
cara yang berurutan.
j.
Order (asas
keteraturan)
Asas ini dibagi
atas material order dan social order, artinya keteraturan dan ketertiban dalam
penempatan barang-barang dan karyawan.
k.
Equity (asas
keadilan)
Pemimpin harus
berlaku adil terhadap semua karyawan dalam pemberian gaji dan jaminan sosial,
pekerjaan dan hukuman. Perlakuan yang adil akan mendorong bawahan mematuhi
perintah-perintah atasan dan gairah kerja.
l.
Initiative (asas
inisiatif)
Menurut asas
ini, seorang pimpinan harus memberikan dorongan dan kesempatan kepada
bawahannya untuk berinisiatif, dengan memberikan kebebasan agar bawahan secara
aktif memikirkan dan menyelesaikan sendiri tugas-tugasnya.
m.
Esprit de Corps
(Asas Kesatuan)
Menurut ini,
kesatuan kelompok harus dikembangkan dan dibina melalui sistem komunikasi yang
baik, sehingga terwujud kekompakkan kerja (team work)dan timbul keinginan untuk
mencapai hasil yang baik.
n.
Stability of
Turn-over of Personnel (Kestabilan Jabatan Karyawan)
Menurut asas
ini, pimpinan perusahaan harus berusaha agar mutasi dan keluar masuknya
karyawan tidak terlalu sering, karena akan mengakibatkan ketidakstabilan
organisasi, biaya-biaya semakin besar, dan perusahaan tidak tidak mendapat
karyawan yang berpengalaman.33
9.
Asas Manajemen
Dakwah
Asas-asas
(prinsip) dasar yang perlu ada pada setiap manajemen dakwah, antara lain:
a.
Asas Konsolidasi
Asas ini
mengandung makna bahwa setiap organisasi dakwah harus selalu dalam keadaan
mantap dan stabil, jauh dari konflik, dan terhindar dari perpecahan, baik
lahiriah maupun batiniah. (Q.S. Ali-Imran : 103)
b.
Asas koordinasi
Asas ini berarti
organisasi dakwah harus mampu memperlihatkan kesatuan gerak dan satu komando.
(Q.S. Ash-Shaff : 14)
c.
Asas Tajdid
Asas ini memberi
pesan bahwa oeganisasi dakwah harus selalu tampil prima dan energik, penuh
vitalitas dan inovatif. (Q.S. Al-Mujaadalah : 11)
d.
Asas Ijtihad
Ijtihad
merupakan aktivitas akademik dan intelektual yang hanya bisa dilakukan oleh
para ulama dan cendikiawan muslim. (Q.S. Al-Ankabut : 60)
e.
Asas Pendanaan
dan Kaderisasi
Asas ini
mengingatkan bahwa setiap organisasi dakwah harus berusaha mendapatkan dukungan
dana yang realistic dan diusahakan secara mandiri dari sumber-sumber yang halal
dan tidak mengingat. (Q.S. Al-Maarij :24 dan Q.S Al-Fath : 29)
f.
Asas Komunikasi
Asas ini
memberikan arah bahwa setiap organisasi dakwah, pengelolaannya harus komunikatif
dan persuasif, karena dakwah sifatnya mengajak bukan mengejek, dakwah itu harus
sejuk dan memikat. (Q.S. Az-Zumar : 18)
g.
Asas Tabsyir dan
Taisir
Kegiatan dakwah
harus dilaksanakan dengan prinsip menggembirakan dan mudah.
h.
Asas Integral
dan Komprehensif
Asas ini
mengingatkan kepada kita bahwa pelaksanaan kegiatan dakwah tidak hanya terpusat
di masjid atau di lembaga-lembaga keagamaan semata, akan tetapi harus
terintegrasi dalam kehidupan umat dan menyentuh kebutuhan yang menyeluruhn dari
segenap strata sosial masyarakat, baik birokrat atau penguasa maupun lapisan
elite ekonomi dan masyarakat marginal. (Q.S. Al-Anbiya : 107)
i.
Asas penelitian
dan pengembanngan
Kompleksitas
permasalahan umat harus menjadi kajian dakwah yang mendalam, karena dakwah akan
gagal bila saja sudut pandang hanya terpusat pada satu sisi saja, sementara
komunitas masyarakat lainnya terabaikan. (Q.S. Al-Kahfi : 13).
j.
Asas Sabar dan
Istiqomah
Bersaing dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, sering membuat dakwah
menemui jalan buntu bahkan melelahkan.Kelelahan tanpa disadari dapat
menghilangkan kesabaran dan merusak nilai-nilai istiqomah.Di saat-saat seperti
itulah prinsip sabar dan istiqomah perlu disegarkan untuk diaktualisasikan
melalui berbagai kegiatan dakwah. (Q.S Fushshilat : 30)34
10.
Ruang Lingkup
Manajemen Dakwah
Ruang lingkup
kegiatan dakwah dalam tataran manajemen merupakan sarana atau alat pembantu
pada aktivitas dakwah itu sendiri. Karena dalam sebuah aktivitas dakwah itu
akan timbul masalah atau problem yang sangat kompleks, yang dalam menangani
serta mengantisipasinya diperlukan sebuah strategi yang sistematis. Dalam
konteks ini, maka ilmu manajemen sangat berpengaruh dalam pengelolaan sebuah
lembaga atau organisasi dakwah sampai pada tujuan yang diinginkan.
Sedangkan ruang
lingkup dakwah akan berputar pada kegiatan dakwah, di mana dalam aktivitas
tersebut diperlukan seperangkat pendukung dalam mencapai kesuksesan. Adapun
hal-hal yang mempengaruhi aktivitas dakwah antara lain meliputi:
·
Keberadaan
seorang da’I, baik yang terjun secara langsung maupun tidak langsung, dalam
pengertian eksistensi da’I yang bergerak di bidang dakwah itu sendiri.
·
Materi merupakan
isi yang akan disampaikan kepada mad’u, pada tataran ini materi harus bisa
memenuhi atau yang dibutuhkan oleh mad’u, sehingga akan mancapai sasaran dakwah
itu sendiri, dan
11.
Ayat-ayat tentang Manajemen Dakwah
1.
Q.S. An-Nahl : 125
اُدْعُ اِلَى سَبِيْلَ
رَبِّكَ بِاْلحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةُ اْلحَسَنَةِ وَجدِلْهُمْ بِالًّتِى هِيَ
اَحْسَنُ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ, وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ.
Serulah manusia
kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan batahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.
2.
Q.S Al-Imran:
104
وَلْتُكُنْ مِّنْكُمْ
اُمَّةٌ يَدْ عُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَاْ مُرُوْنَ بِاْلمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ
عَنِ اْلمُنْكَرِ وَاوُلئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ.
Dan hendaklah
ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang
beruntung.
3.
QS asy-Syu’ara: 214-216
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ
الأَقْرَبِينَ وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فَإِنْ
عَصَوْكَ فَقُلْ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ
Berilah
peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat dan rendahkanlah dirimu
terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.Jika
mereka mendurhakaimu, katakanlah, “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab
terhadap apa yang kalian kerjakan.”
4.
Q.S Al-Imran:
110
كُنْتُمْ خَيْرَ
اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَاْمُرُوْنَ بِاْلمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ
الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ باِللهِ وَلَوْ ءَامَنَ اَهْلُ اْلكِتبِ لَكَانَ
خَيْرًا لَّهُمْ مِّنْهُمُ الْمُؤْ مِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفسِقُوْنَ.
Kamu adalah umat
yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.Sekiranya ahli kitab
berima, tentulah itu lebih baik mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
5.
QS al-Hijir: 94
فَاصْدَعْ بِمَا
تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ
Sampaikanlah
olehmu secara terang-etrangan segala yang diperintahkan (kepadamu) dan
berpalinglah dari orang-orang musyrik.
6.
Q.S. Yunus : 25
وَاللهُ يَدْعُوْا اِلى
دَارِ السَّلمِ وَيَهْدِى مَنْ يَشَاءُ اِلى صِرطٍ مُسْتًقِيْمٍ
Allah menyeru
manusia ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada
jalan yang lurus (Islam).
7.
Q.S Al-Baqarah
:208
يَايُّهَا الَّذِيْنَ
ءَامَنُوا اُدْخُلُوا فِى السِّلْمِ كَافَّة ًوَلاَ تَتَّبِعُوْا خُطُوتِ
الشَّيْطنِ اِنَّه لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ.
Hai orang-orang
yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu
turut langkah-langkah syaitan.Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
8.
Q.S Al-Isra :105
وَبِاْلحَقِّ
اَنْزَلْنهُ وَبِا ْلحَقِّ نَزَلَ وَمَا اَرْسَلْنكَ اِلَّا مُبْشِّرًا
وَنَذِيْرًا
Dan Kami
turunkan al-Quran itu dengan sebenar-sebernanya dan al-Quran itu telah turun
dengan membawa kebenaran.Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai
pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.
9.
Q.S Fushshilat :
33
وَمَنْ اَحْسَنُ
قَوْلًا مِّنْ دَعَا اِلَى اللهِ وَعَمِلَ صلِحًا وَقَالَ اِنَّى مِنَ
الْمُسْلِمِيْنَ
Siapakah yang
lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan
amal yang saleh, dan berkata : “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
menyerah diri.
10.
Q.S Al-Maidah :
67
يَايُّهَا الرَّسُوْلُ
بَلِّغْ مَا اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ وَاِنْ لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا
بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ, وَاللهُ يَعْصِمُكَ
مِنَ النَّاسِ اِنَّ اللهَ لَا يَهْدِى اْلقَوْمَ الْكفِرِيْنَ.
Hai rasul,
sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu
kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikannya
amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari gangguan manuusia.36 Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang kafir.37
11.
QS. Thaha: 99
كَذَلِكَ نَقُصُّ
عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ مَا قَدْ سَبَقَ وَقَدْ آَتَيْنَاكَ مِنْ لَدُنَّا
ذِكْرًا
Demikianlah kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah umat yang
lalu, dan sesungguhnya telah Kami berikan kepadamu dari sisi Kami suatu
peringatan (Al-Qur'an).
12.
QS. Al-Baqarah: 148
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ
هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ
اللَّهُ جَمِيعًا إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap
kepadanya. Maka berlomba- lombalah kalian (dalam membuat) kebaikan. Di mana
saja kalian berada pasti Allah akan mengumpulkan kalian (pada hari kiamat).
Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
13.
Q. S. Ali-Imran: 104
وَلْتَكُنْ
مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ
وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
11.
Hadits tentang Manajemen Dakwah
1.
H. R. Muslim
وَعَنْ اَبِى مَسْعُودٍ
عُقْبَةَ بْنِ عَمْرِ وَاْلاَنْصَارِىِّ اْلبَدْرِىِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ اَجْرِ فَا عِلِهِ . (رواه مسلم
Abu Mas’ud Uqbah
bin Amru Al-Anshari ra. berkata: “Telah bersabda Rasulullah Saw: ‘Barang siapa
yang menunjukan pada kebaikan maka dia memperoleh pahala seperti pahala orang
yang mengejakannya.
2.
H.R. Muslim
وَعَنْ اَبِى
هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ : اَنَّ رَسُولُ الله صلى
الله عليه وسلم قَالَ : مَنْ دَعَا اِلَى هُدًى
كَانَ لَهُ مِنَ اْلاَجْرِ مِثْلُ اُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَ لِكَ
مِنْ اُجُوْرِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا اِلَى ضَلاَ لَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ
الْاِثْمِ مِثْلُ اَثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ اَثَا مِهِمْ
شَيْئًا. (رواه مسلم
Abu Hurairah
ra.berkata: “Rasulullah Saw telah bersabda: ‘Barang siapa yang mengajak kepada
kebaikan, maka baginya diberikan seperti pahala orang-orang yang mengikutinya,
tanpa mengurangi pahala mereka sama sekali dan barang siapa yang mengajak pada
kesesatan, maka baginya diberikan dosa seperti dosa orang-orang yang
mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun’.”
3.
H. R. Muslim
عَنْ اَبِى سَعِيْدِ
اْلخُدْرِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : مَنْ رَاَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغِيّرْهُ
بِيَدِهِ, فَاِنْ لَّمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ
فَاِنْ لَّمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَالِكَ اَضْعَافُ الْاِيْمَانِ. (رواه مسلم
Abu Sa’id
Alkhudry ra.berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah Saw bersabda: ‘Siapa saja
di antara kamu yang melihat kemungkaran maka cegahlah dengan tangannya,
kekuatannya, jika tidak bisa maka cegahlah dengan lisannya, tapi jika tidak
bisa, maka ingkarilah dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemah iman’.”
4.
H. R. Muttafaq
Alaih
عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ
الْخُدْرِيِّ رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : اِيَّا كُمْ وَاْلجُلُوْسُ فِى الطُّرُ
قَاتِ, فَقَالُوا : يَارَسُولُ اللهِ , مَا لَنَا مِنْ
مَجَالِسِنَا بُدٌّ نَتَحَدَّثُ فِيْهاَ ؟ فَقَالَ رسول الله صلى الله عليه
وسلم : فَاِذَا اَبَيْتُمْ اِلَّا اْلمَجْلِسَ
فَا عْطُوْا الطَّرِيْقَ حَقَّهُ . قَالُوا : وَمَا حَقُّ الطَّرِيْقِ يَا رَسُولُ
الله؟ قَا لَ : غَضُّ الْبَصَرِ, وَكَفُّ اْلاَذَى, وَرَدُّالسَّلاَمِ, وَالْاَمْرُ بِا
ْلمَعْرُوْفِ, وَالنَّهْيُ عَنِ اْلمُنْكَرِ. (متفق عليه
Abu Sa’id
Al-Khudry ra.berkata: “Rasulullah Saw pernah bersabda: ‘Jauhilah duduk-duduk di
pinggir jalan’. Kata mereka: ‘Sebenarnya kami perlu sekali duduk-duduk ditengah
jalan untuk mengobrol’. Beliau menjawab: ‘Jika kalian memang perlu, maka
berikanlah hak jalanan’. Tanya mereka : ‘ Apakah hak jalanan itu, ya
Rasulullah? Beliau menjawab : ‘Tundukkan pandangan mata, jangan menyakiti orang
lain, menjawab salam, menyuruh kebajikan dan mencegah yang mungkar’.”
5.
H.R. Anas
عَنْ أَنَسٍ عَنِ
النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ
فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ
إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ
لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ
يُقْذَفَ فِى النَّارِ
Dari Anas, dari
Nabi SAW beliau bersabda: "Tiga hal, barangsiapa memilikinya maka ia akan
merasakan manisnya iman. (yaitu) menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai
dari selainnya, mencintai seseorang semata-mata karena Allah, dan benci kembali
kepada kekufuran sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api
neraka."
6.
H. R. Turmudzi
عَنْ حُذَيْفَةِ رَضِىَ
الله عنه عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : وَاَّلذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَتَاْ مُرُنَّ بِا لْمَعْرُوْفِ وَلَتَنْهَوْنَ
عَنِ اْلمُنْكَرِ اَوْ لَيُو شِكَنَّ اللهُ اَنْ يَبَعْثَ عَلَيْكُمْ عِقَا بًا
مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُوْ نَهُ فَلَا يُسْتَجَا بُ لَكُمْ . (رواه الترمذى وقال : حديث حسن
Hudzaifah ra.
berkata: “Pernah Rasulullah Saw bersabda: ‘Demi zat yang pernah menguasai
diriku, hendaklah kalian memerintahkan kebajikan dan melarang kemungkaran, atau
bila kalian enggan melaksanakannya, niscaya Allah menurunkan siksa-Nya pada
kalian, lalu kalian minta maaf pada Allah, tapi Allah tak menerimanya’.”
7.
H. R. Abu Daud
dan Turmudzi
عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ
اْلخُدْرِيِّ رضى الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : اَفْضَلُ لجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِىْدَ
سُلْطَانٍ جَائِرٍ. (رواه ابو داود والترمذى
Sa’id Al-Khudry
ra.berkata: “Rasulullah Saw telah bersabda: ‘Sesungguhnya jihad yang paling
utama adalah menyampaikan kebenaran kepada penguasa yang zalim’.”
8.
H.R Nasa’i
عَنْ اَبِى عَبْدِ
اللهِ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ اْلبَجَلِىِّ الْاَحْمَسِىِّ رضى الله عنه: اَنَّ رَجُلاً سَاَ لَ النَّبِىَّ صلى
الله عليه وسلم وَقَدْ وَضَعَ رِجْلَهُ فِى اْلغَرْزِ, اَيُّ الْجِهَادِ اَفْضَلُ ؟ قَالَ : كَلِمَةُ حَقٍّ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَا ئِرٍ. (رواه النسائى باسناد صحيح
Thoriq ibn
Syihab Al-Bajali Al-Akhmasyi ra.berkata: “Ada seorang laki-laki yang bertanya
pada Rasulullah Saw : ‘Jihad apa yang paling utama’? Jawab beliau:
‘Menyampaikannya kebenaran kepada penguasa yang zalim’.”
9.
H. R. Ibnu Umar
عَنِ ابْنِ
عُمَرَ - رضى الله عنهما - قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم : بُنِىَ الإِسْلاَمُ عَلَى
خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ
اللَّهِ ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ، وَالْحَجِّ ، وَصَوْمِ
رَمَضَانَ
Dari Ibnu Umar
r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Islam dibangun di atas lima dasar:
bersaksi bahwa tidak ada ilah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah,
mendirikan shalat, membayar zakat, menunaikan ibadah haji, dan puasa
Ramadhan."
10.
H. R. Abdullah bin
Umar
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عَمْرٍو - رضى الله عنهما - عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ
الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ ، وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى
اللَّهُ عَنْهُ
Dari Abdullah bin
Umar r.a. Nabi SAW bersabda, "Muslim adalah orang yang menyelamatkan semua
orang muslim dari lisan dan tangannya. Dan Muhajir adalah orang yang
meninggalkan segala larangan Allah"
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Malayu
S.P. Hasibuan, 2009, Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah, Bumi
Aksara, Bandung.
Drs. RB. Khatib
Pahlawan kayo, 2007, Manajemen Dakwah dari Dakwah Konvensional menuju
Dakwah professional, Amzah, Jakarta.
Dr. H.M. Anton
Athoillah, M.M., 2010, Dasar-dasar Manajemen, CV Pustaka
Setia, Bandung.
Drs. Enjang AS,
M.Ag., M.Si. dan Aliyudin, S.Ag., M.Ag., 2009, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, Widya
Padjadjaran, Bandung.
Drs. ABD. Rosyad
Shaleh, 1977, Manajemen Dakwah Islam, Bulan Bintang, Jakarta.
Prof. Dr. Moh.
Ali Aziz, M.Ag., 2009, Ilmu Dakwah, Kencana, Bandung
Munir, S.Ag,
M.A. dan Wahyu Illaihi, S.Ag, M.A., 2009, Manajemen Dakwah,
Kencana, Jakarta.
Dr. H. Endin
Nasrudin, M.Si., 2010, Psikologi Manajemen, CV Pustaka Setia,
Bandung.
Habib, Syafaat,
1982, Buku Pedoman Dakwah, Penerbit Widjaya, Jakarta.
Mubarok Achmad,
DR. MA., 1999, Psikologi Dakwah, Pustaka Firdaus, Jakarta.
Munzier Suparta
dan Harjani, 2003, Metode Dakwah, Rahmat Semesta, Jakarta.
Ali Azis, Moh,
2004, Ilmu Dakwah, Timur Kencana, Jakarta.
Fauzi, Nurullah,
1999, Dakwah-dakwah yang paling mudah, Putra pelajar, Jawa
Timur.
Jahja Omar, Toha,
1992, Ilmu Dakwah, Widjaya, Jakarta.
Keren kakak
BalasHapus